Empat Matahari Kecil Dari Tanah Poigar

dilansir dari: Dokumen Pribadi

Oleh : Afrian Lamato

Sebuah perjalanan singkat empat pelajar muda tampan lagi cerdas. Penulis, Rizky Aditya, Ical Mokodompit, dan Regi Mokodongan. Saya berasal dari tanah Toar dan Lumimuut (Minahasa), dan mereka bertiga dari tanah Poigar (Bolaang Mongondow). Dalam kegiatan yang rutin dilaksanakan  oleh kami yang berada daerah yang berbeda dan dengan culture yang belum tentu sama tak hentinya diri ini mengikhlaskan jiwa dan raga untuk menjadi bagian penyempurna dan pencerah bagi mereka di tanah Poigar, mengikuti kegiatan apapun yang mereka selenggarakan adalah  bentuk kepedulian terhadap sebuah pergerakan.

Julukan empat matahari kecil dari tanah Poigar, diraih ketika kami mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yakni Training Taruna Melati satu (TM 1), kami mengikutinya pada saat libur semester I (Ganjil). Tidak ada kesepakatan dari kami berempat untuk mengikuti training ini, Hanya kebetulan saja.
         
Di training kami menerima pelajaran yang kami tidak temui di bangku pendidikan formal, kami saling berbagi cerita pada saat larut malam yang sebenarnya itu waktu tidur tapi malah kami gunakan untuk mengobrol. Hal nakal ini kami lakukan sampai training ini selesai.

Sampai kami menjadi sangat dekat dan begitu akrab. Kemudian, setelah lima hari empat malam mengikuti kegitan itu kami dinyatakan lulus dan dibaiat sebagai kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

Lulusnya posisi sebagai kader Taruna Melati satu ( TM 1) menjadi satu syarat untuk melanjutkan ke jenjang training selanjutnya. Training Taruna Melati Dua (TM 2), Dan Pelatihan Fasilitator pendampin Satu (PFP 1). Hal yang mengejutkan tiga kawan serangkai dari Poigar ikut serta juga dalam kegiatan tersebut.

Disana banyak kader yang ikut  serta yang berasal dari berbagai pelosok daerah yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan dan seklitarnya, ada yang berasal dari Desa Tanamon, Amurang, dan Manado. kami melakukan hal yang sama seperti di training sebelumnya, pengalaman dan teman baru adalah hal terpenting yang didapat pada kegiatan itu.

Pada awalnya kami diuji coba dengan berbagai macam test setelah mengikutinya berawal dari pre-test sampai pada hari terakhir pengumuman kelulusan tak sedikit usaha yang dikeluarkan, kami berempat lagi-lagi dinyatakan lulus pada training itu, seperti kata pepatah ada pertemuan ada perpisahan maka kami pulang ke tempat tinggal kami masing-masing dengan membawa sebuah amanah yang kami dapat “Fasilitator”, yah itulah amanah yang kami dapat satu kata begitu besar maknanya. Ini bukan sekedar amanah biasa. Butuh pengorbanan untuk menjalankan amanah ini.
    
Waktu libur telah selesai. Kami masuk sekolah di awal tahun 2020. kami berempat bersekolah di sekolah yang sama, sekolah yang sederhana. Sekolah kami bukan sekolah elit, hanya sekolah yang di bangun di antara tanaman kelapa dan jagung bisa dikatakan sebuah sekolah yang diapit oleh system pertanian warga. SMA Negeri 1 poigar.
     
Di sekolah itu kami hanya sebagai pelajar biasa, tidak pernah membawa kendaraan mewah. Bahkan kami berangkat kesekolah hanya menggunakan ojek. Tapi bukan ojek online. Di sekolah kami ikut berperan aktif di beberapa organisasi yakni OSIS dan Pramuka. Dalam kepengurusan OSIS saya dipercayakan sebagai Koordinator Bidang  Kewirausahaan, rizky sebagai Ketua OSIS, ical sebagai Koordinator  Umum, dan regi sebagai Koordinator Bidang Agama Islam. Tak ada yang istimewa dari kami berempat proses belajarpun sedikit serius banyak bercanda.

Pasti anda akan bertanya posisi kami di organisasi pramuka, Iyakan?. Di organisasi pramuka, saya hanya sebagai anggota biasa, rizky sebagai kerani putra, dan ical sperti saya hanya anggota biasa. Kalau regi dia tidak tertarik mengikuti organisasi ini, mungkin karena badanya yang terlalu gemuk. Entahlah dia tidak memberikan alasan yang logis saat kami bertanya, “Kenapa tidak masuk organisasi pramuka? “.

Berjalannya waktu, ulang tahun sekolah tiba, OSIS membuat kegiatan untuk meramaikan sekolah, banyak lomba yang di buat, bersepakatlah empat sahabat ini untuk mengikuti salah satu lomba yang bergengsi. Kami mengikuti lomba yang sama, yakni lomba debat. Dengan tim yang berbeda. Saya, Ical, dan Regi bekerja sebagai satu tim mewakili kelas IPS. Sedangkan rizky berada sebagai lawan debat kami bersama kelompoknya mewakili kelas IPA. Tak ada tujuan untuk saling menjatuhkan melainkan membangun pola pikir kritis untuk menunjukan bahwa pengaplikasian hasil Training kami di Ikatan Pelajar Muhammadiyah tidaklah sia-sia. Lomba pun selesai, melalui proses panjang kami yang mewakili kelas IPS dinyatakan menang setelah mengalahkan timnya Rizky pada babak final.

Kami berinisiatif untuk merayakan kemenangan ini. Bukan hanya kami bertiga dari tim IPS yang merayakannya akan tetapi juga bersama rizky, yang kemarin menjadi lawan debat kami, tapi tak masalah karena didalam ring debat memang kami adalah lawan tapi setelahnya kita berempat adalah kawan yang pada prinsipnya sama-sama berjuang untuk mencapai satu tujuan yang sama.

Kegiatan ulang tahun sekolahpun selesai kami berempat merapatkan kembali barisan dan mencari terobosan baru hal apa yang harus dibuat kembali untuk membangun sekolah tercinta ini. Masih menjadi Matahari kecil dari tanah Poigar, yang nantinya tetap mencerahkan sekolah, bangsa, negara dan organisasi. Kami selalu berjuang bersama dan akan tetap seperti itu sampai sang khaliq berkehendak lain.

Durian, 2020
*Afrian Lamato, seorang pelajar yang tengah berikhtiar belajar ihwal sophia.

Editor : Agum

Previous Post Next Post